Penderitaan dan
Perjuangan
Mungkin karena terlalu
nyantai, orang lain gak mengerti bahwa sebagaimana layaknya manusia…aku juga mengalami
banyak hal pahit. Cuman, emang gak pernah cerita ke orang lain. Semuanya
ditelan mentah-mentah, sampai tersedak karenanya. Sejak kecil, selalu
dihadapkan pada berbagai masalah…yang kadang bikin muak. Terkadang, beberapa
masalah benar-benar mempertaruhkan kewarasanku. Walau begitu, semuanya
diselesaikan sendiri, karena tidak mudah memang mempercayakan masalah kita ke
orang lain. Terus menatap masa depan, begitulah motoku.
Penderitaan memang hal
yang inheren dalam kehidupan. Seperti tulisan Victor Frankl, bekas tahanan
NAZI, bahwa penderitaan memberikan makna bagi kehidupan kita. Dan saya
mempercayainya. Penderitaan membuat kita lebih tegar dalam menjalani hidup.
Persis seperti kata Nietzche, "Apa yang tidak membunuhmu, membuatmu lebih
kuat". Tentu Allah menciptakan dunia dengan penderitaan sebagai ujiannya
dengan tujuan tertentu. Penderitaan bukanlah sesuatu yang mesti ditangisi, tapi
bisa jadi kita harus mensyukurinya. Itu mungkin pertanda bahwa Allah masih
menyayangi kita, dan penderitaan adalah jalan untuk dekat pada-Nya.
Beberapa kali tersesat
dalam menghadapi penderitaan dan masalah, membuat saya mengerti bahwa menderita
mengandung banyak hikmah. Berusaha sekuat tenaga adalah perjuangan manusia
untuk melawan penderitaan. Mungkin karena sering menghadapi masalah, saya
terbiasa untuk tidak cengeng dalam melihat masalah. Malahan, saya sudah lupa
rasanya menangis. Terakhir menangis, mungkin 10 tahun yang lalu. Tapi, memang
berusaha saja tidak cukup. Ada kalanya, usaha kita tetap saja kandas. Di sanalah,
ujian lain dimulai. Bisakah kita bersikap ikhlas dan menerima kenyataan?
Bersikap menerima dan bukannya menyangkal, adalah kunci dari memahami
penderitaan.
Toh, semuanya tidaklah
terlalu buruk. Jika kita bandingkan, kita masih lebih beruntung daripada
pengemis jalanan yang mencari uang sepanjang hari di panas yang terik. Kita
yang memiliki fisik sehatjuga masih lebih beruntung dibandingkan orang cacat.
Kita juga masih beruntung bisa makan dan punya rumah. Lalu, mengapa terus
merasa kurang? Dunia ini persis seperti air laut..semakin banyak meminumnya,
semakin merasa haus. Sering, kita harus melihat ke bawah untuk tahu betapa
beruntungnya kita. Di luar sana, banyak saudara kita yang menangis kelaparan,
kedinginan, kehilangan kasih sayang dari sekitarnya….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar