Teori Keindahan
Estetik kadang-kadang dirumuskan pula
sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan teori keindahan (theory of
beauty). Kalau definisi keindahan memberitahu orang untuk mengenali apa
keindahan itu, maka teori keindahan menjelaskan bagaimana keindahan itu.
Salah satu persoalan pokok dari teori
keindahan ialah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan itu
merupakan sesuatu yang ada pada benda indah ataukah hanya terdapat dalam alam
pikiran orang yang mengamati benda tersebut? Penjelasan masalah ini dalam
sejarah estetik menimbulkan 2 kelompok teori yang terkenal sebagai teori
obyektif dan teori subyektif tentang keindahan atau estetis.
Kelompok teori obyektif dianut oleh
misalnya Plato, Hegel dan Bernard Bosanquet, sedangkan kelompok teori subyektif
didukung antara lain oleh Henry Home dan Edmund Burke.
Herbert Read:
Setiap teori seni harus dimulai dengan
anggapan bahwa manusia memberikan reaksi terhadap bentuk, massa dan permukaan
dari benda-benda yang dilihatnya, dan bahwa komposisi dan penataan unsur-unsur
tersebut menimbulkan rasa senang pada diri manusia.
Kemampuan untuk menangkap komposisi dan
penataan yang menyenangkan ini dimungkinkan karena manusia memiliki rasa
keindahan (a sense of beauty).
Keindahan adalah suatu hubungan formal
dari pengamatan yang menimbulkan rasa senang.
Leo Tolstoy:
Keindahan ialah sesuatu yang dapat
mendatangkan rasa menyenangkan bila dilihat (visaul).
Alexander Baumgarten:
Keindahan itu dipandangan sebagai kesatuan
yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan
erat satu sama lain dan keseluruhan.
Alexander Baumgarten (1714-1762) dianggap
sebagai pelopor ilmu aesthetica, karena dia yang pertama-tama mengangkat
estetika sebagai ilmu yang khusus.
Estetika berasal dari kata
Aesthesis yang berarti perasaan, pencerapan dan persepsi.
Sulzer (1720-1777)
Mengatakan yang dapat dikatakan indah
ialah yang mengandung kebaikan. Tujuan hidup adalah kemakmuran dan
kesejahteraan dalam kehidupan sosial. Dan ini didapat dengan mendidik perasaan
moral, dimana seni adalah sebagai pendukungnya. Menurut Sulzer keindahan adalah
yang merangsang dan mendidik perasaan.
Wickelmann (1717-1767)
Hukum dan tujuan semua seni ialah
keindahan semata.
Keindahan adalah terpisah dari
kebaikan, ia membagi keindahan menjadi tiga:
Keindahan bentuk
Keindahan idea, terekspresi dalam
posisi figur dalam seni plastis.
Keindahan ekspresi, ini dapat
tercapai apabila terdapat kedua keindahan tersebut sebelumnya.
Beda seni dan keindahan:
Seni menyangkut benda atau
karya-karya sedangkan keindahan menyakut masalah nilai.
Sumber :
Nama
: Iman Lazuardi Zulkarnain
NPM
: 13111540
Kelas
: 1KA30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar