Epistemologi Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang Benar
Manusia
bisa memiliki ilmu, pengetahuan, dan makrifat atas hakikat itu. Akal dan
pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan jalan
menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia.
Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang
baru, misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu
benar-benar ada? Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah
bersumber dari khayalan kita belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas
bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu
bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya? Apakah kita yakin
bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu? Sangat mungkin pikiran kita
tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya,
keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara
para pemikir di sepanjang sejarah manusia?Persoalan-persoalan terakhir ini
berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya, yakni persoalan-persoalan
sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada, akan tetapi pada
persoalan-persoalan terakhir ini, keberadaan hakikat itu justru masih menjadi
masalah yang diperdebatkan.
Dengan demikian, definisi epistemologi adalah
suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar
dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu,
makrifat, dan pengetahuan manusia.
ASAL USUL PENGETAHUAN
Asal usul pengetahuan termasug hal yang sangat
penting dalam epistemology. Untuk mendapatkan darimana pengetahuan itu muncul
(berasal) bisa dilihat dari aliran-aliran dalam pengetahuan, dan bisa dengan
cara metode ilmiah, serta dari sarana berpikir ilmiah.
Rasional
Pengetahuan rasional atau pengetahuan yang
bersumber dari akal (rasio) adalah suatu pengetahuan yang dihasilkan dari
proses belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian buku, pengajaran
seorang guru, dan sekolah. Hal ini berbeda dengan pengetahuan intuitif atau
pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan didapatkan dari
suatu proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan tetapi, jenis pengetahuan
ini akan terwujud dalam bentuk-bentuk “kehadiran” dan “penyingkapan” langsung
terhadap hakikat-hakikat yang dicapai melalui penapakan mistikal, penitian
jalan-jalan keagamaan, dan penelusuran tahapan-tahapan spiritual. Tokoh-tokoh
paham rasionalisme yaitu : Agustinus,Johanes Scotus, Avicena, Rene Descrates,
Spinoza, Leibniz, Fichte, Hegel, Plato, Galileo, Leonardo da Vinci.
Emperikal
Tak diragukan bahwa indra-indra lahiriah manusia
merupakan alat dan sumber pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek fisik
dengan perantaraanya. Setiap orang yang kehilangan salah satu dari indranya
akan sirna kemampuannya dalam mengetahui suatu realitas secara partikular.
Misalnya seorang yang kehilangan indra penglihatannya maka dia tidak akan dapat
menggambarkan warna dan bentuk sesuatu yang fisikal, dan lebih jauh lagi orang
itu tidak akan mempunyai suatu konsepsi universal tentang warna dan bentuk.
Begitu pula orang yang tidak memiliki kekuatan mendengar maka dapat dipastikan
bahwa dia tidak mampu mengkonstruksi suatu pemahaman tentang suara dan bunyi
dalam pikirannya. Atas dasar inilah, Ibn Sina dengan menutip ungkapan filosof
terkenal Aristoteles menyatakan bahwa barang siapa yang kehilangan
indra-indranya maka dia tidak mempunyai makrifat dan pengetahuan. Dengan
demikian bahwa indra merupakan sumber dan alat makrifat dan pengetahuan ialah
hal yang sama sekali tidak disangsikan. Hal ini bertolak belakang dengan
perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa sumber pengetahuan hanyalah akal dan
rasionalitas, indra-indra lahiriah dan objek-objek fisik sama sekali tidak
bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan bahwa hal-hal fisikal hanya
bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh hakikat sesuatu. Benda-benda materi
adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak hakiki, dan tidak
abadi.
Fenomenal
Paham ini dikemukakan oleh Immanuel Kant, filsuf
Jerman. Dia berusaha mendamaikan pertentangan antara empirisme dan
rasionalisme. Menurut Kant, pengetahuan hanya bisa terjadi oleh kerjasama
antara pengalaman indra dan akal budi, dan tidak mungkin yang satu bekerja
tanpa yang lain. Indra hanya memberikan data yakni warna,cita-rasa, bau, dan
lain-lain. Untuk memperoleh pengetahuan, kita harus keluar atau menembus
pengalaman, pengetahuan terjadi dengan menghubung-hubungkan, dan ini dilakukan
oleh rasio (akal).
Metode Ilmiah
Ini digunakan oleh para ilmuwan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu. Metode Ilmiah terdiri dari :
a. Pengamatan / pengalaman yang digunakan sebagai
dasar untuk merumuskan masalah.
b. Hipotesa, untuk penyelesaian yang berupa
saran. Ini bersifat sementara dan perlu diverifikasi lebih lanjut. Dalam
hipotesa, kebenaran masih bersifat probalitas. Kegiatan akal bergerak keluar
dari pengalaman, mencari suatu bentuk untuk menyusun fakta-fakta dalam kerangka
tertentu. Hipotesa dilakukan melalui penalaran induksi, dan memuat kalkulasi
dan deduksi.
c. Eksperimentasi, merupakan kajian terhadap
hipotesa. Hipotesa yang kebenarannya dapat dibuktikan dan diperkuat dinamakan
hukum, sedangkan di atas hokum terdapat teori.
TERJADINYA PENGETAHUAN
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah
yang amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya
pengetahuan maka seseorang akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya.
Jawaban yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah
berfilsafat a priori atau a posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan
yang terjadi tanpa adanya ata melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun
pengalman batin. Adapun pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang
terjadi karena adanya pengalaman. Dengan demikian pengetahuan ini bertumpu pada
kenyataan objektif. (Abbas Hamami M.,1982,hlm .11)
Beberapa alat yang digunakan untuk mengetahui
terjadinya suatu pengetahuan ada :
Indera
Indera digunakan untuk berhubungan dengan dunia
fisik atau lingkungan di sekitar kita. Indera ada bermacam-macam; yang paling
pokok ada lima (panca indera), yakni indera penglihatan (mata) yang
memungkinkan kita mengetahui warna, bentuk, dan ukuran suatu benda; indera
pendengaran (telinga) yang membuat kita membedakan macam-macam suara; indera
penciuman (hidung) untuk membedakan bermacam bau-bauan; indera perasa (lidah)
yang membuat kita bisa membedakan makanan enak dan tidak enak; dan indera
peraba (kulit) yang memungkinkan kita mengetahui suhu lingkungan dan kontur
suatu benda.
Akal
Akal atau rasio merupakan fungsi dari organ yang
secara fisik bertempat di dalam kepala, yakni otak. Akal mampu menambal
kekurangan yang ada pada indera. Akallah yang bisa memastikan bahwa pensil
dalam air itu tetap lurus, dan bentuk bulan tetap bulat walaupun tampaknya
sabit. Keunggulan akal yang paling utama adalah kemampuannya menangkap esensi
atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikat pada fakta-fakta khusus. Akal bisa
mengetahui hakekat umum dari kucing, tanpa harus mengaitkannya dengan kucing
tertentu yang ada di rumah tetangganya, kucing hitam, kucing garong, atau
kucing-kucingan.
Akal mengetahui sesuatu tidak secara langsung,
melainkan lewat kategori-kategori atau ide yang inheren dalam akal dan diyakini
bersifat bawaan. Ketika kita memikirkan sesuatu, penangkapan akal atas sesuatu
itu selalu sudah dibingkai oleh kategori. Kategori-kategori itu antara lain
substansi, kuantitas, kualitas, relasi, waktu, tempat, dan keadaan.
Pengetahuan yang diperoleh dengan akal bersifat
rasional, logis, atau masuk akal. Pengutamaan akal di atas sumber-sumber pengetahuan
lainnya, atau keyakinan bahwa akal adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang
benar, disebut aliran rasionalisme, dengan pelopornya Rene Descartes
(1596-1650) dari Prancis. Seorang rasionalis umumnya mencela pengetahuan yang
diperoleh lewat indera sebagai semu, palsu, dan menipu.
Hati atau Intuisi
Organ fisik yang berkaitan dengan fungsi hati
atau intuisi tidak diketahui dengan pasti; ada yang menyebut jantung, ada juga
yang menyebut otak bagian kanan. Pada praktiknya, intuisi muncul berupa
pengetahuan yang tiba-tiba saja hadir dalam kesadaran, tanpa melalui proses
penalaran yang jelas, non-analitis, dan tidak selalu logis. Intuisi bisa muncul
kapan saja tanpa kita rencanakan, baik saat santai maupun tegang, ketika diam
maupun bergerak. Kadang ia datang saat kita tengah jalan-jalan di trotoar, saat
kita sedang mandi, bangun tidur, saat main catur, atau saat kita menikmati
pemandangan alam.
Wahyu
Sebagai manusia yang beragama pasti meyakini
bahwa wahyu merupakan sumber ilmu, Karena diyakini bahwa wakyu itu bukanlah
buatan manusia tetapi buatan Tuhan Yang Maha Esa
JENIS – JENIS PENGETAHUAN
Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa
jenis diantara nya :
Pengetahuan langsung (immediate);
Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung
yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis
(penganut paham Realisme) mendefinisikan pengetahuan seperti itu. Umumnya
dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya, khususnya
perasaan ini berkaitan dengan realitas-realitas yang telah dikenal sebelumnya
seperti pengetahuan tentang pohon, rumah, binatang, dan beberapa individu
manusia. Namun, apakah perasaan ini juga berlaku pada realitas-realitas yang
sama sekali belum pernah dikenal dimana untuk sekali meilhat kita langsung
mengenalnya sebagaimana hakikatnya?. Apabila kita sedikit mencermatinya, maka
akan nampak dengan jelas bahwa hal itu tidaklah demikian adanya.
Pengetahuan tak langsung (mediated);
Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh
interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa
yang kita ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan
penafsiran dan pencerapan pikiran kita.
Pengetahuan indrawi (perceptual);
Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai
dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu
pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui
indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa diragukan bahwa
hubungan kita dengan alam eksternal melalui media indra-indra lahiriah ini,
akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto dimana gambar-gambar dari apa
yang diketahui lewat indra-indra tersimpan didalamnya. Pada pengetahuan indrawi
terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi
objek-objek eksternal, sehatnya anggota-angota indra badan (seperti mata,
telinga, dan lain-lain), dan pikiran yang mengubah benda-benda partikular
menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti adat istiadat).
Dengan faktor-faktor tersebut tidak bisa dikatakan bahwa pengetahuan indrawi
hanya akan dihasilkan melalui indra-indra lahiriah.
Pengetahuan konseptual (conceptual);
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari
pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk
suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa
berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh
satu dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas
pikiran.
Pengetahuan partikular (particular);
Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu
individu, objek-objek tertentu, atau realitas-realitas khusus. Misalnya ketika
kita membicarakan satu kitab atau individu tertentu, maka hal ini berhubungan
dengan pengetahuan partikular itu sendiri.
Pengetahuan universal (universal).
Pengetahuan universal mencakup individu-individu
yang berbeda. Sebagai contoh, ketika kita membincangkan tentang manusia dimana
meliputi seluruh individu (seperti Muhammad, Ali, hasan, husain, dan …),
ilmuwan yang mencakup segala individunya (seperti ilmuwan fisika, kimia, atom,
dan lain sebagainya), atau hewan yang meliputi semua indvidunya (seperti gajah,
semut, kerbau, kambing, kelinci, burung, dan yang lainnya).
Dalam filsafat Islam, pengetahuan itu hanya
dibagi dua, yakni ilmu hudhuri dan hushuli. Dengan berdasarkan pada pembagian
pengetahuan di atas, apabila kita ingin menyingkronkan pembagian pengetahuan
menurut filsafat Islam, maka pengetahuan langsung (immediate) tersebut sama
halnya dengan pengetahuan hudhuri dan pengetahuan tak langsung (mediated),
pengetahuan indrawi, pengetahuan konseptual, pengetahuan partikular,
pengetahuan universal tersebut dikategorikan sebagai pengetahuan hushul
METODE MENCARI ILMU PENGETAHUAN
Definisi
metode mencari ilmu
Secara etimologis kata metode berasal dari bahasa
Inggris ‘method’ yang berarti ”cara”. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia
kata ‘metode’ berarti “cara yang telah diatur dan dipikir baik-baik”. Istilah
’metode’ juga berarti ”jalan yang harus dimulai untuk mencapai tujuan”. Metode,
menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Adapun yang dimaksud ’metode’ dalam
pembahasan pada makalah ini ialah suatu cara yang sistematis yang dapat
digunakan dalam mencari ilmu pengetahuan, yakni ilmu pengetahuan yang logis dan
rasional.
Urgensi metode dalam mencari ilmu
pengetahuan
Salah satu filsuf yang berpandangan bahwa
filsafat sebagai usaha mengetahui, ialah Jacques Maritain. Ia mengatakan bahwa
“ Filsafat bukanlah suatu ‘Kebijaksanaan’ mengenai tingkah laku atau kehidupan
praktek yang berupa perbuatan yang baik. Filsafat ialah suatu kebijaksanaan dan
sifatnya pada hakekatnya berupa usaha mengetahui. Bagaimanakah caranya?
Mengetahui dalam arti yang paling penuh serta paling tegas, yaitu mengetahui
dengan kepastian dan dapat menyatakan mengapa barang sesuatu itu seperti
keadaannya dan tidak dapat lain daripada itu, artinya mengetahui berdasarkan
sebab-sebabnya. Adapun yang dimaksud usaha untuk mengetahui di sini ialah suatu
upaya untuk mengetahui sesuatu dengan sebuah kepastian yang tidak mengandung
keraguan di dalamnya.
Usaha untuk mengetahui semacam ini, merupakan
suatu keharusan yang harus dilakukan dalam mencari tahu tentang sesuatu. Jika
dengan pokok bahasan pada makalah ini, maka yang dimaksud usaha untuk
mengetahui dengan sebuah kepastian ini ialah suatu metode yang benar, yang
dapat diterapkan dalam mecari ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan yang
diperoleh dapat dibuktikan sebagai khasanah keilmuan yang valid (mengandung
kebenaran yang tidak diragukan).
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar,
selain diperlukan sebuah strategi yang tepat, juga sangat membutuhkan metode
yang tepat pula. Dalam hal ini strategi dan metode yang dipakai harus sesuai
dengan obyek ilmu pengetahuaan yang dicari baik berdasarkan sifat maupun
jenisnya. Apakah berupa ilmu alam atau berupa ilmu agama?
Berdasarkan uraian di atas maka pentingnya
‘metode mencari ilmu penegetahuan’ ialah untuk menentukan tata cara yang benar
dalam rangka mencari ilmu pengetahuan yang benar-benar valid dan dapat
dibuktikan kebenarannya.
Metode
mencari ilmu pengetahuan
Cara/ usaha yang digunakan dalam mencari ilmu
pengetahuan disebut juga metode mencari ilmu pengetahuan. Metode yang dipakai
dalam mencari ilmu pengetahuan hendaknya juga merupakan metode yang efektif
agar ilmu pengetahuan yang diperoleh benar-benar ilmu pengetahuan yang tidak
lagi diragukan kebenarannya. Sebab diusahakan dengan cara yang benar. Adapun
kebenaran yang dimaksud ialah kebenaran yang tegas dan pasti. Sebab kebenaran
adalah pernyataan tanpa ragu.
Landasan epistemologis suatu ilmu mejelaskan
proses dan prosedur yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan berupa ilmu serta
hal-hal yang harus diperhatikan agar diperoleh pengetahuan yang benar,
menjelaskan kebenaran serta kriterianya, dan cara yang membantu mendapatkan
pengetahuan.Dalam menjelaskan masalah kebenaran pengetahuan, pengetahuan yang
benar menurut kajian dalam epitemologis ialah pengetahuan yang telah memenuhi
unsur-unsur epistemologis yang dinyatakan secara sistematis dan logis.
Menurut Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani
dalam buku Filsafat Umum, mengatakan bahwa ”pengetahuan diperoleh dengan tiga
cara, yaitu dari gagasan dalam pikiran atau ide, penagalaman, dan intuisi.
Adapun menurut Yuyun S. Suryasumantri (2001: 50)
pada dasarnya ada dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan
kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalais mengembangkan apa
yang kita kenal dengan rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri
kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan empirisme.Pendapat
ini sejalan dengan epistemologi dalam pemikiran Barat (yang]) bermuara dari dua
pangkal padangannya, yaitu rasionalisme dan empirisme yang merupakan pilar
utama metode keilmuan (scientific method), dan pada gilirannya kajian
epstemologis tersebut dapat membuka perspektif baru dalam ilmu pengetahuan yang
multi-dimensional.
Metode memperoleh ilmu dalam konsep Islam tidak
hanya terbatas pada yang empiris saja atau rasio saja, tetapi juga menggunakan
intuisi atau wahyu.
Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mencari ilmu pengetahuan, menurut
filsuf barat adalah dengan metode Trial and Error metode mencoba-coba).
Rasionalisme, Empirisme, Fenomenalisme, Intusionisme, Wahyu, Metode Ilmiah
Sumber :
Nama : Iman Lazuardi Zulkarnain
NPM : 13111540
Kelas : 1KA30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar